Friday, July 4, 2014

DR

sejak PKL di RS yang memakai DR saya jadi penasaran bagaimana cara kerja serta komponen-komponennya dan setelah baca baca folder ada penjelasan tetang DR yup apa itu DR? DR adalah Digital Radiography
tapi maaf yah saya lupa linknya dari mana hehe maaf ya :))



Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar_X, dimana sensor-sensor sinar-X digital digunakan menggatikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi digantikan dengan sistem komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer.

Komponen Digital Radiography

Sebuah sistem digital radiographi terdiri dari 4 komponen utama, yaitu X-ray source, detektor, Analog-Digital Converter, Computer, dan Output Device.

a. X-ray Source

Sumber yang digunakan untuk menghasilkan X-ray pada DR sama dengan sumber X-ray pada Coventional Radiography. Oleh karena itu, untuk merubah radiografi konvensional menjadi DR tidak perlu mengganti pesawat X-ray.

b. Image Receptor

Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan keberadaan kaset dan film. Ada dua tipe alat penangkap gambar digital, yaitu Flat Panel Detectors (FPDs) dan High Density Line Scan Solid State Detectors.

1) Flat Panel Detectors (FPDs)

FPDs adalah jenis detektor yang dirangkai menjadi sebuah panel tipis. Berdasarkan bahannya, FPDs dibedakan menjadi dua, yaitu

a) Amorphous Silicon

Amorphous Silicon (a-Si) tergolong teknologi penangkap gambar tidak langsung karena sinar-X diubah menjadi cahaya. Dengan detektor-detektor a-Si, sebuah sintilator pada lapisan terluar detektor (yang terbuat dari Cesium Iodida atau Gadolinium Oksisulfat), mengubah sinar-X menjadi cahaya. Cahaya kemudian diteruskan melalui lapisan photoiodida a-Si dimana cahaya tersebut dikonversi menjadi sebuah sinyal keluaran digital. Sinyal digital kemudian dibaca oleh film transistor tipis (TFT’s) atau oleh Charged Couple Device (CCD’s). Data gambar dikirim ke dalam sebuah computer untuk ditampilkan. Detektor a-Si adalah tipe FPD yang paling banyak dijual di industri digital imaging saat ini.

b) Amorphous Selenium (a-Se)

Amorphous Selenium (a-Se) dikenal sebagai detektor langsung karena tidak ada konversi energi sinar-X menjadi cahaya. Lapisan terluar dari flat panel adalah elektroda bias tegangan tinggi. Elektrode bias mempercepat energi yang ditangkap dari penyinaran sinar X mealui lapisan selenium. Foton-foton sinar-X mengalir melalui lapisan selenium menciptakan pasangan lubang electron. Lubang-lubang elektron tersebut tersimpan dalam selenium berdasarkan pengisian tegangan bias. Pola (lubang-lubang) yang terbentuk pada lapisan selenium dibaca oleh rangakaian TFT atau Elektrometer Probes untuk diinterpretasikan menjadi citra.

2) High Density Line Scan Solid State device

Tipe penangkapan gambar yang kedua pada DR adalah High Density Line Scan Solid State device. Alat ini terdiri dari Photostimulable Barium Fluoro Bromide yang dipadukan dengan Europium (BaFlBr:Eu) tatu Fosfor Cesium Bromida (CsBr).

Detektor fosofor merekam energi sinar-X selama penyinaran dan dipindai (scan) oleh sebuah dioda laser linear untuk mengeluarkan energi yang tersimpan yang kemudian dibaca oleh sebuah penangkap gambar digital Charge Coupled Devices (CCD’s). Image data kemudian ditransfer oleh Radiografer untuk ditampilkan dan dikirim menuju work stasion milik radiolog.

c. Analog to Digital Converter

Komponen ini berfungsi untuk merubah data analog yang dikeluarkan detektor menjadi data digital yang dapat diinterpretasikan oleh komputer.

d. Komputer

Komponen ini berfungsi untuk mengolah data, manipulasi image, menyimpan data-data (image), dan menghubungkannya dengan output device atau work station.

e. Output Device

Sebuah sistem digital radiografi memiliki monitor untuk menampilkan gambar. Melaui monitor ini, radiografer dapat menentukan layak atau tidaknya gambar untuk diteruskan kepada work station radiolog.

Selain monitor, output device dapat berupa laser printer apabila ingin diperoleh data dalam bentuk fisik (radiograf). Media yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk mengasilkan gambar.

Gambar yang dihasilkan dapat langsung dikirimkan dalam bentuk digital kepada radiolog di ruang baca melaui jaringan work station. Dengan cara ini, dimungkinkan pembacaan foto melaui teleradiology.

Pesawat Digital Radiography
Prinsip Kerja

Prinsip kerja Digital Radiography (DR) atau (DX) pada intinya menangkap sinar-X tanpa menggunakan film. Sebagai ganti film sinar X, digunakan sebuah penangkap gambar digital untuk merekam gambar sinar X dan mengubahnya menjadi file digital yang dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan disimpan sebagai bagian rekam medis pasien.

Saturday, March 1, 2014

Media Kontras Radiografi

Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif) atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas).
Sejarah perkembangan bahan kontras dimulai pada tahun 1897, pada saat itu Tuffier melakukan percobaan dengan memasukkan sebuah kawat ke dalam ureter melalui kateter. Pada percobaan tersebut, kawat tampak pada gambaran radiografi membentuk gambaran dari ureter. Padahal sebelumnya amatlah sulit untuk memvisualisasikan gambaran ureter pada gambaran radiografi.
Sejak saat itu dimulailah berbagai percobaan dengan menggunakan bahan kontras cair untuk menggambarkan anatomi dari traktus urinarius.  Bahan cair yang digunakan untuk percobaan tersebut antara lain koloid perak, bismuth, natrium iodide, perak iodide, dan stronsium klorida. Penggunaan suspensi Bismuth Nitrat diperkenalkan oleh Klose dan Wulf pada tahun 1904.
Namun perak dan bismuth ditinggalkan karena memiliki ukuran atom yang cukup besar, tidak larut dalam air sehingga tersisa dalam tubuh pasca pemeriksaan, dan berefek toksik bagi ginjal.
 Dengan ditinggalkannya perak dan bismuth, para peneliti mulai meneliti bahan Iodium, terutama bahan Natrium Iodida, karena bahan ini mudah larut dalam air.  Namun masih ada kendala yang terjadi, yaitu ukuran atom iodium masih cukup besar dan iodium yang bebas bersifat toksik.  NatriumIodida mash tetap berbahaya karena tetap mengakibatkan efek samping karena menghasilkan Iodium bebas.
Berangsur-angsur metode tersebut mulai ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi, trauma jaringan, terjadinya emboli, dan deposit perak dalam ginjal merupakan akibat sampingan yang tidak bisa dihindari.
Pada tahun 1928 seorang ahli urologi, Dr.Moses Swick bekerjasama dengan Prof.Lichtwitz,Binz, Rath, dan Lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang media kontras iodium water-soluble yang digunakan dalam pemeriksaan urografi secara intravena.  Media kontras yang berhasil disintesa adalah sodium iodopyridone-N-acetic acid yang disebut Urosectan-B (Iopax), dan sodium oidomethamate yang disebut Uroselectan-B (Neoiopax).
Dari segi radiograf kedua macam media kotras tersebut memberikan hasil yang memuaskan, namun dari pasiennya masih menimbulkan efek yang merugikan, yaitu : mual dan muntah.
Dr.Swick dan kawan-kawan kemudian melakukan pengembangan yaitu menggunakan Iodopyracet  menggantikan Neoiopax dalam pemerikasaan Urografi intra vena.  Namun penyebab terjadinya efek mual dan muntah masih menjadi misteri yang belum terpecahkan pada saat itu.
Tahun 1950 semua jenis media kontras untuk pemakaian secara intravaskuler mulai mengalami pergantian. Intravaskular menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan dasarnya dengan mengikat tiga atom iodium.  
Akhirnya media kontras yang dapat pula digunakan secara intravaskular secara kontinyu terus mengalami penyempurnaan. Dari hasil penelitian membuktikan ionisitas dan osmolalitas  merupakan kunci utama terjadinya keracunan pada pasien.
Pada tahun 1969 dr.Torsten Almen mengembangkan jenis media kontras non-ionik dengan osmolalitas yang cukup rendah.
Mula-mula ia mengadakan penelitian terhadap keluarga Metrizamide yang sebelumnya dipakai pada pemeriksaan mielografi. Dengan diciptakannya media kontras water soluble untuk pemeriksaaan mielografi, penggunaan secara intravaskular mulai dipelajari.
Hasil akhir penelitian memberikan jalan yang terbaik untuk segala macam pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras iodium non-ionik water-soluble secara intravaskular 
Namun meskipun bahan kontras sudah mampu memvisualisasikan struktur – struktur internal pada pencitraan diagnostic medic, masih terdapat kendala mengenai kualitas visualisasi yang ditampilkan.  Kualitas visualisasi dari bahan kontras mengalami perbedaan pada gambaran CT Scan. Hal – hal yang mempengaruhi dari adanya perbedaan nilai kontras dari kontras media antara lain adalah;
·         Cardiac output pasien,
·         Kecepatan aliran bahan kontras saat diinjeksikan (Injection rate)
·         Total volume yang diinjeksikan,
·         Konsentrasi bahan kontras,
 ·         Tipe injeksi, uniphase atau biphase,
·         Ureum creatin,
·         Berat badan,
·         Jenis penyakit yang diderita,
·         Waktu delay scan time,
·         Kecepatan pesawat CT dalam mengambil data (Scan Time)
Selain itu juga ada perbedaan nilai kontras pada seorang pasien yang dilakukan pemeriksaan CT Scan dengan menggunakan bahan kontras di tiap slice yang didapat.  Pada slice tertentu pada pemeriksaan CT Scan didapatkan gambaran kontras yang cukup baik dan pada slice yang lainnya, kontras yang didapat menjadi menurun. Untuk hal ini, yang sangat mempengaruhinya adalah :
·         Injection Rate, kecepatan aliran bahan kontras saat dilakukan penyuntikan,
·         Kecepatan pesawat CT Scan dalam mengambil data pada saat scaning (Scan Time),  dan 
·         Kecepatan aliran darah dari pasien (Cardiac Output).
Untuk kecepatan aliran bahan kontras, sebelumnya sangat mengalami kendala karena dengan penyuntikan secara manual, kecepatan aliran menjadi berubah-ubah tergantung kepada petugas yang melakukan penyuntikan.  Namun hal ini dapat diatasi dengan penggunaan injector otomatis.
Untuk faktor kecepatan pesawat CT Scan dalam mengambil data saat scaning, sebenarnya dapat diatasi dengan menggunakan pesawat CT Scan yang lebih canggih yang mampu melakukan pengambilan data dengan sangat cepat.  Namun karena harganya yang cukup mahal, hal ini tetap menjadi suatu kendala yang cukup serius yang perlu diatasi.
Sedangkan untuk factor kecepatan aliran darah pasien, selama ini disiasati dengan menggunakan teknik biphase pada penyuntikan bahan kontras dengan menggunakan injector otomatis.
Aliran darah yang cepat, mengantarkan bahan kontras dengan cepat pula.  Sehingga bahan kontras yang melewati organ yang diperiksa juga menjadi cepat.  Hal ini mengakibatkan penggambaran radiografi menjadi terdapat perbedaan dalam kualitas nilai kontras yang didapat dari bahan kontras tersebut.  Pada saat pengambilan scan dilakukan bersamaan dengan bahan kontras melewati organ, gambaran kualitas kontras radiografi dari organ yang diperiksa menjadi sangat baik.  Namun saat scaning pada bagian berikutnya, bahan kontras sudah bergerak cepat keluar dari organ tersebut sehingga gambaran radiografi yang didapat kualitasnya menjadi jauh berkurang.
Penggunaan teknik biphase pada penyuntikan bahan kontras yang menggunakan injector otomatis adalah dengan menggunakan kecepatan yang berbeda pada saat penyuntikannya.  Bahan kontras yang dimasukkan biasanya dibagi dua bagian. Bahan kontras bagian kedua biasanya disuntikan lebih lambat dari bagian pertama. Hal ini dimaksudkan agar pada saat pengambilan data diwaktu scaning, bahan kontras tidak terlalu cepat bergerak meninggalkan organ sehingga kualitas kontras yang didapat menjadi lebih baik.
Referensi :
  Siemens, Syngo CT2010c Somatom Spirit Application Guide, 2010
 Materi Kuliah, Bahan Kontras Radiografi,  Program D4 Jurusan Teknik Radiografi.

sumber : http://blogbabeh.blogspot.com/2013/03/bahan-kontras_15.html 

terima kasih babeh atas materinya :)

Tuesday, October 8, 2013

Tugas I

No.
Unsur Biologi
Fungsi
Waktu Regenerasi / Waktu Paro Biologis
1.
Sel telur
Sel reproduksi (gamet) yang dihasilkan dari ovarium pada organisme berjenis kelamin betina. Berperan dalam proses pembuahan oleh sprema apabila tidak terjadi pembuahan maka akan terjadi menstruasi.
14 hari (masa ovulasi)
2.
Sel darah merah (eritrosit)
Mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru.
120 hari
3.
Sel darah putih (leukosit)
Pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel).
12 hari
4.
Keping keping darah (trombosit)
Memegang peranan penting dalam pembekuan darah
8-12 hari
5.
Sel sel hati
Regenerasi pada hati bisa tercapai karena interaksi yang sangat kompleks antara sel yang terdapat dalam hati, antara lain hepatosit, sel Kupffer, sel endotelial sinusoidal, sel Ito dan sel punca; dengan organ ekstra-hepatik, seperti kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, pankreas, duodenum, hipotalamus. Namun organ hati memilik fungsi yaitu:

  pusat aktivitas metabolisme makronutrien (karbo, lemak, protein) sampai mikronutrien (vitamin dan mineral)
  tempat penyimpanan bahan makanan hasil metabolisme (glikogen, besi, vitamin A, B12)
  tempat sintesis berbagai protein (albumin, Ig); lemak (lipoprotein, trigliserida, kolesterol dan fosfolipid); sintesis faktor koagulasi (protrombin, trombokinase)
  proses biotransformasi berbagai produk metabolik, obat dan toksin
Sedangkan sel kupffer juga memiliki fungsi yang sangat penting dalam hati yaitu :
  1. menguraikan Hb menjadi bilirubin
  2. membentuk gamma globbulin dan immune bodies
  3. sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan makromolekuler
150 hari
6.
Sel pada permukaan paru-paru
Untuk Pertukaran gas.
2-3 minggu
7.
Sel perasa (pada lidah)
Berfungsi sebagai resptor dan penopang.
10-14 hari
8.
Sel kulit
1. Mengusir mikroorganisme patogen
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh
3. Unsur utama yang memadatkan/megeraskan rambur dan kuku
Dalam epidermis terdapat 2 sel yaitu sel merkel dan sel langerhans.
28 hari
9.
Sel usus
Sel sel yang ada di dalam usus memiliki mikrovili (tonjolan-tonjolan) yang berguna untuk sekresi dan adsorbsi.
2-3 hari