Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah
swt. atas berkat rahmat-Nya, penyusunan makalah dengan judul “Teknik
Pemotretan Dental” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui penyusunan makalah ini saya mendapatkan
pengetahuan tentang pentingnya mengembangkan kemampuan dalam hal pemotretan
thorax dan abdomen. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Mahud selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi tulisan ataupun materi yang disampaikan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis terima dengan
hati terbuka untuk meningkatkan kualitas karya penulis selanjutnya.
Semoga informasi yang penulis sampaikan melalui
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Jakarta,
8 Maret 2013
Daftar
Isi
1.
Kata
Pengantar 1
2.
Daftar
Isi 2
3.
Pendahuluan
3
4.
Pembahasan 4
5.
Daftar
Pustaka 14
Pendahuluan
I.
Latar Belakang
Dalam
melakukan pemotretan gigi ada beberapa alasan klini (amfragh) yang dijadikan
dasar dari dilakukannya pemotretan, anatara lain :
c Dental
caries (gigi berlubang)
c Gingivitis
( radang gusi)
c Dental
cyst (krista gigi yang disebabkan oleh radang akar gigi)
c Pyarrhoe
( nanah di sekat gigi)
c Impaction
( kelainan letak gigi biasanya molar 3)
c Peri
epical infection
c Orteititis
(infeksi tulang)
c Erosi
enamel ( erosi lapisan enamel)
c Hypero
ementosis (terjadinya penebalan sekunder pada permukaan gigi)
c Ortho
dentis (gigi gigi yang abnormal)
c Alvedar
squestrum ( kondisi dimana terdapat fragmen tulang dan gigi yang mati)
c Resdural
spesi (infeksi kronis sekat gigi)
c Admantinoma
(tumor maligna yang ada kaitannya dengan gigi)
II.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
anatomi dari dental ?
2. Bagaimana
proteksi radiasi yang dilakukan ?
3. Bagaimana
processing film dental ?
4. Bagaimana
teknik pemotretan dari dental ?
III.
Tujuan
Tujuan
penulisan Makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah PBP pemotretan dental,
dan untuk mengetahui prosedur penatalaksanaan dalam melakukan pemotretan.
Pembahasan
Anatomi gigi :
- Mahkota/korona ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan email dan normal terletak di luar jaringan gusi/gingiva
- Akar/radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang alveolar dari maxilla dan mandibula
a.
Akar
tunggal = dengan satu apeks
b.
Akar
ganda = dengan bifurkasi ialah tempat dimana 2 akar dertemu dan trifurkasi
ialah tempat dimana 3 akar bertemu
- Garis servikal/semento-enamel junction ialah batas antara jaringan sementum dan email, yang merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi
- Ujung akar/apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing atau yang berbentuk kerucut seperti akar gigi
- Tepi insisa ialah suatu tunjolan kecil dan panjang pada bagian korona dari gigi incisivus yang merupakan sebagian dari permukaan incisivus dan yang digunakan untuk memotong/mengiris makanan
- Tonjolan/cusp ialah tonjolan pada bagian korona gigi caninus dan gigi posterior, yang merupakan sebagian dari permukaan oklusal
Pemeriksaan gigi :
1.
Intra
oral: pemeriksaan gigi bagian dalam dengan memasukkan film ke dalam mulut (
rahang atas dan rahang bawah)
2.
Extra
oral: pemeriksaan gigi bagian luar dengan radiografi biasa/panoramic
Macam gigi:
1.
Golongan
incisivus : gigi seri, yang gunanya untuk mengiris/memotong makanan
2.
Golongan
caninus : gigi taring, yang gunanya untuk mengiris dan menyobek makanan
3.
Golongan
premolar : gigi geraham kecil, yang gunanya untuk menyobek dan membantu
menggiling makanan
4.
Golongan
molar : gigi geraham besar, yang
gunanya untuk mengunyah, menumbuk, dan menggiling makanan karena mempunyai
permukaan kunyah yang lebar dengan banyak tonjolan-tonjolan dan lekukan-lekukan
Proteksi radiasi º Radiografi
dental merupakan short distance tehnique sehingga di perlukan proteksi radiasi
yang memadai baik untuk pasien maupun untuk radiografer :
Ä Filter 2 mm
Ä Small aperture
Ä Exposi
dibatasi/pengulangan foto seminimal mungkin
Ä Fast dental film
Ä Ptotective
shielding
Ä Lead apron
Processing film dental :
Processing film dilakukan secara manual
di kamar gelap. Film dijepit dengan hunger pada daerah tip point film gigi yang
merupakan tanda untuk meletakkan film pada mulut pasien. Film harus terjepit
kencang pada hunger agar tidak lepas pada saat agitasi di dalam cairan
processing.
1.
Hanger
untuk processing film dental :
2.
Film
dental
Karakteristik
dental film :
Termasuk
kelompok nonscreen film
Double sided
emulsion : emulsinya timbal balik
Berada dalam
amplop
Terdapat lead
foil (kertas timbal balik)
Memiliki tip
point
Ukurannya 3x4 cm
Film base
cellulose tricetat
Thickness =
6/1000 inchi
Waterproof/kedap
air
Flexible/dapat
ditekuk
Sedangkan
karakteristik dari dental x-ray unit adalah :
º Bersifat shock
proof
º Sedut perputaran
x ray tube 360o
º Memiliki besara
kV 50-70, mA 10-15
º Rentang waktu
exposi berkisar anatar 0,025-0,5 bisa diatur tergantung dengan ketebalan gigi
º Jarak x ray tube
ke kulit 18-13 inci
º Fine focus/fokus
kecil = (1x1 mm) detail tinggi + memakai teknik jarak dekat
º X ray tube
dilengkapi dengan printer yang digunakan untuk sentrasi sinar. Conus ada di
dalam
â Susunan Gigi susu pada Anak yang berjumlah 20 buah (Clark KC, 2005: 473)
â Susunan Gigi permanen pada orang dewasa yang berjumlah 32
buah
(Clark KC, 2005: 473)
Dental Request
Formula
Dental request formula merupakan formula cara menetapkan bagian gigi yang
akan dilakukan pemeriksaan radiografi dengan memberikan garis area gigi dan
lambang gigi, dental request formula tertera pada surat permintaan rontgen (
amfragh) foto gigi.
â Dental Request Formula Pada Gigi Anak (Clark KC, 2005, 472)
â Dental Request Formula Pada Gigi Permanen (Clark KC, 2005
:472)
Teknik radiografi gigi rahang atas yag
terdiri dari : Insicivus, Caninus, Premolar, dan Molar
a .
Pemotretan gigi Insicivus rahang atas :
1)
Aturlah tabung
pesawat gigi dengan bidang oklusal atas sehingga membentuk sudut 60° caudally.
2)
Film diposisikan
memanjang.
3)
Sentrasikan
sinar pada hidung (tip of the nose).
b. Pemotretan gigi Caninus rahang atas :
1)
Atur tabung pesawat gigi dengan bidang oklusal atas
sehingga membentuk sudut 50° caudally.
2)
Film diposisikan
memanjang.
3)
Sentrasi pada ala
of the nose.
c. Pemotretan gigi premolar rahang atas :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal atas sehingga membentuk sudut 40° caudally.
2)
Film diposisikan
melintang.
3)
Sentrasi pada garis
imaginer pertengahan antara inner canthus dan outer canthus.
d. Pemotretan gigi molar rahang atas :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal atas sehinggga membentuk sudut 30° caudally.
2)
Film diposisikan
melintang.
3)
Sentrasi setinggi
tulang zygomaticum daerah yang diperiksa.
â Acanthion Meatal Line Horizontal Sejajar Lantai
( Clark KC,
2005)
â Garis-Garis Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Positioning
( Clark KC,
2005)
â Letak Film Dan Arah Sinar Yang Benar Pada Radiografi Gigi (Clark KC, 2005)
â
Letak Film Dan Arah
Sinar Dan Hasil Radiografi Gigi
( Clark KC, 2005 )
â Positioning
Pembuatan Gigi Incicivus Rahang Atas (Clark KC, 2005)
â Radiografi
Incicivus Rahang Atas
(
Clark KC, 2005)
â Positioning
Dan Hasil Radiografi Caninus Rahang Atas (Clark KC, 2005)
â Positioning
Dan Hasil Radiografi Molar Rahang Atas (Clark KC, 2005)
â
Pengaturan Arah Sinar Pada Radiografi Gigi
(Clark KC, 2005)
Teknik
radiografi gigi rahang bawah yang terdiri : Insicivus, Caninus, Premolar, dan Molar.
a. Pemotretan gigi insicivus rahang bawah
:
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal bawah sehingga mebentuk sudut 25° - 30° Cranially.
2)
Film diposisikan
memanjang.
3)
Sentrasikan sinar
pada simfisis menti.
b. Pemotretan gigi caninus
rahang bawah :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal bawah sehingga membentuk sudut 20° Cranially.
2)
Film diposisikan
memanjang.
3)
Sentrasi pada
daerah batas bawah mandibula searah dengan cuping dari hidung.
c. Pemotretan gigi premolar
rahang bawah :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal bawah sehingga membentuk sudut 10°.
2)
Film diposisikan
melintang.
3)
Sentrasi pada batas
bawah mandibula sejajar dengan pertengahan antara inner canthus dan outer
canthus.
d. Pemotretan gigi molar rahang
bawah :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal bawah sehingga membentuk sudut 0°.
2)
Film diposisikan
melintang.
3)
Sentrasi pada
mandibula sejajar dengan outer canthus.
â Garis Oclusal Line Sejajar Dengan Lantai (Clark KC,
2005)
â Positioning Dan Hasi Radiografi Incicivus Rahang Bawah (Clark KC, 2005)
ÄArah Sinar Salah Dan Arah Sinar Yang Benar (Clark KC, 2005)
â Positioning Dan Hasil Radiografi Caninus Rahang Bawah
( Clark KC, 2005)
Faktor exposi : Pada
pesawat dental ini pengaturan faktor exposi cukup dengan mengatur secondnya
saja. Dengan pengaturan second, secara otomatis kV dan mAsnya sudah
menyesuaikan. Untuk gigi incisivus dan caninus, secondnya yang dipilih 3 atau 4
second, tergantung tebalnya objek. Sedangkan untuk premolar dan molar second
yang dipilih 4 atau 5 second, tergantung ketebalan objek. Semakin tebal maka
semakin besar secondnya.
Daftar Pustaka
W.H, Itjingningsih Drg. “ Anatomi Gigi ” Jakarta, 1991
Clarck, KC. 1973. “ Positioning In Radiography ” London : Ilford
Philips W Ballinger. ‘’ Merill’s Atlas Of
Radiographic and Procedures ” Edisi 8, 2007
Buku Panduan Praktikum Teknik Radiografi
Gigi
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah
swt. atas berkat rahmat-Nya, penyusunan makalah dengan judul “Teknik
Pemotretan Dental” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Melalui penyusunan makalah ini saya mendapatkan
pengetahuan tentang pentingnya mengembangkan kemampuan dalam hal pemotretan
thorax dan abdomen. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Mahud selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi tulisan ataupun materi yang disampaikan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis terima dengan
hati terbuka untuk meningkatkan kualitas karya penulis selanjutnya.
Semoga informasi yang penulis sampaikan melalui
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Jakarta,
8 Maret 2013
Daftar
Isi
1.
Kata
Pengantar 1
2.
Daftar
Isi 2
3.
Pendahuluan
3
4.
Pembahasan 4
5.
Daftar
Pustaka 14
Pendahuluan
I.
Latar Belakang
Dalam
melakukan pemotretan gigi ada beberapa alasan klini (amfragh) yang dijadikan
dasar dari dilakukannya pemotretan, anatara lain :
c Dental
caries (gigi berlubang)
c Gingivitis
( radang gusi)
c Dental
cyst (krista gigi yang disebabkan oleh radang akar gigi)
c Pyarrhoe
( nanah di sekat gigi)
c Impaction
( kelainan letak gigi biasanya molar 3)
c Peri
epical infection
c Orteititis
(infeksi tulang)
c Erosi
enamel ( erosi lapisan enamel)
c Hypero
ementosis (terjadinya penebalan sekunder pada permukaan gigi)
c Ortho
dentis (gigi gigi yang abnormal)
c Alvedar
squestrum ( kondisi dimana terdapat fragmen tulang dan gigi yang mati)
c Resdural
spesi (infeksi kronis sekat gigi)
c Admantinoma
(tumor maligna yang ada kaitannya dengan gigi)
II.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
anatomi dari dental ?
2. Bagaimana
proteksi radiasi yang dilakukan ?
3. Bagaimana
processing film dental ?
4. Bagaimana
teknik pemotretan dari dental ?
III.
Tujuan
Tujuan
penulisan Makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah PBP pemotretan dental,
dan untuk mengetahui prosedur penatalaksanaan dalam melakukan pemotretan.
Pembahasan
Anatomi gigi :
- Mahkota/korona ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan email dan normal terletak di luar jaringan gusi/gingiva
- Akar/radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang alveolar dari maxilla dan mandibula
a.
Akar
tunggal = dengan satu apeks
b.
Akar
ganda = dengan bifurkasi ialah tempat dimana 2 akar dertemu dan trifurkasi
ialah tempat dimana 3 akar bertemu
- Garis servikal/semento-enamel junction ialah batas antara jaringan sementum dan email, yang merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi
- Ujung akar/apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing atau yang berbentuk kerucut seperti akar gigi
- Tepi insisa ialah suatu tunjolan kecil dan panjang pada bagian korona dari gigi incisivus yang merupakan sebagian dari permukaan incisivus dan yang digunakan untuk memotong/mengiris makanan
- Tonjolan/cusp ialah tonjolan pada bagian korona gigi caninus dan gigi posterior, yang merupakan sebagian dari permukaan oklusal
Pemeriksaan gigi :
1.
Intra
oral: pemeriksaan gigi bagian dalam dengan memasukkan film ke dalam mulut (
rahang atas dan rahang bawah)
2.
Extra
oral: pemeriksaan gigi bagian luar dengan radiografi biasa/panoramic
Macam gigi:
1.
Golongan
incisivus : gigi seri, yang gunanya untuk mengiris/memotong makanan
2.
Golongan
caninus : gigi taring, yang gunanya untuk mengiris dan menyobek makanan
3.
Golongan
premolar : gigi geraham kecil, yang gunanya untuk menyobek dan membantu
menggiling makanan
4.
Golongan
molar : gigi geraham besar, yang
gunanya untuk mengunyah, menumbuk, dan menggiling makanan karena mempunyai
permukaan kunyah yang lebar dengan banyak tonjolan-tonjolan dan lekukan-lekukan
Proteksi radiasi º Radiografi
dental merupakan short distance tehnique sehingga di perlukan proteksi radiasi
yang memadai baik untuk pasien maupun untuk radiografer :
Ä Filter 2 mm
Ä Small aperture
Ä Exposi
dibatasi/pengulangan foto seminimal mungkin
Ä Fast dental film
Ä Ptotective
shielding
Ä Lead apron
Processing film dental :
Processing film dilakukan secara manual
di kamar gelap. Film dijepit dengan hunger pada daerah tip point film gigi yang
merupakan tanda untuk meletakkan film pada mulut pasien. Film harus terjepit
kencang pada hunger agar tidak lepas pada saat agitasi di dalam cairan
processing.
1.
Hanger
untuk processing film dental :
2.
Film
dental
Karakteristik
dental film :
Termasuk
kelompok nonscreen film
Double sided
emulsion : emulsinya timbal balik
Berada dalam
amplop
Terdapat lead
foil (kertas timbal balik)
Memiliki tip
point
Ukurannya 3x4 cm
Film base
cellulose tricetat
Thickness =
6/1000 inchi
Waterproof/kedap
air
Flexible/dapat
ditekuk
Sedangkan
karakteristik dari dental x-ray unit adalah :
º Bersifat shock
proof
º Sedut perputaran
x ray tube 360o
º Memiliki besara
kV 50-70, mA 10-15
º Rentang waktu
exposi berkisar anatar 0,025-0,5 bisa diatur tergantung dengan ketebalan gigi
º Jarak x ray tube
ke kulit 18-13 inci
º Fine focus/fokus
kecil = (1x1 mm) detail tinggi + memakai teknik jarak dekat
º X ray tube
dilengkapi dengan printer yang digunakan untuk sentrasi sinar. Conus ada di
dalam
â Susunan Gigi susu pada Anak yang berjumlah 20 buah (Clark KC, 2005: 473)
â Susunan Gigi permanen pada orang dewasa yang berjumlah 32
buah
(Clark KC, 2005: 473)
Dental Request
Formula
Dental request formula merupakan formula cara menetapkan bagian gigi yang
akan dilakukan pemeriksaan radiografi dengan memberikan garis area gigi dan
lambang gigi, dental request formula tertera pada surat permintaan rontgen (
amfragh) foto gigi.
â Dental Request Formula Pada Gigi Anak (Clark KC, 2005, 472)
â Dental Request Formula Pada Gigi Permanen (Clark KC, 2005
:472)
Teknik radiografi gigi rahang atas yag
terdiri dari : Insicivus, Caninus, Premolar, dan Molar
a .
Pemotretan gigi Insicivus rahang atas :
1)
Aturlah tabung
pesawat gigi dengan bidang oklusal atas sehingga membentuk sudut 60° caudally.
2)
Film diposisikan
memanjang.
3)
Sentrasikan
sinar pada hidung (tip of the nose).
b. Pemotretan gigi Caninus rahang atas :
1)
Atur tabung pesawat gigi dengan bidang oklusal atas
sehingga membentuk sudut 50° caudally.
2)
Film diposisikan
memanjang.
3)
Sentrasi pada ala
of the nose.
c. Pemotretan gigi premolar rahang atas :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal atas sehingga membentuk sudut 40° caudally.
2)
Film diposisikan
melintang.
3)
Sentrasi pada garis
imaginer pertengahan antara inner canthus dan outer canthus.
d. Pemotretan gigi molar rahang atas :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal atas sehinggga membentuk sudut 30° caudally.
2)
Film diposisikan
melintang.
3)
Sentrasi setinggi
tulang zygomaticum daerah yang diperiksa.
â Acanthion Meatal Line Horizontal Sejajar Lantai
( Clark KC,
2005)
â Garis-Garis Yang Harus Diperhatikan Pada Saat Positioning
( Clark KC,
2005)
â Letak Film Dan Arah Sinar Yang Benar Pada Radiografi Gigi (Clark KC, 2005)
â
Letak Film Dan Arah
Sinar Dan Hasil Radiografi Gigi
( Clark KC, 2005 )
â Positioning
Pembuatan Gigi Incicivus Rahang Atas (Clark KC, 2005)
â Radiografi
Incicivus Rahang Atas
(
Clark KC, 2005)
â Positioning
Dan Hasil Radiografi Caninus Rahang Atas (Clark KC, 2005)
â Positioning
Dan Hasil Radiografi Molar Rahang Atas (Clark KC, 2005)
â
Pengaturan Arah Sinar Pada Radiografi Gigi
(Clark KC, 2005)
Teknik
radiografi gigi rahang bawah yang terdiri : Insicivus, Caninus, Premolar, dan Molar.
a. Pemotretan gigi insicivus rahang bawah
:
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal bawah sehingga mebentuk sudut 25° - 30° Cranially.
2)
Film diposisikan
memanjang.
3)
Sentrasikan sinar
pada simfisis menti.
b. Pemotretan gigi caninus
rahang bawah :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal bawah sehingga membentuk sudut 20° Cranially.
2)
Film diposisikan
memanjang.
3)
Sentrasi pada
daerah batas bawah mandibula searah dengan cuping dari hidung.
c. Pemotretan gigi premolar
rahang bawah :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal bawah sehingga membentuk sudut 10°.
2)
Film diposisikan
melintang.
3)
Sentrasi pada batas
bawah mandibula sejajar dengan pertengahan antara inner canthus dan outer
canthus.
d. Pemotretan gigi molar rahang
bawah :
1)
Atur tabung pesawat
gigi dengan bidang oklusal bawah sehingga membentuk sudut 0°.
2)
Film diposisikan
melintang.
3)
Sentrasi pada
mandibula sejajar dengan outer canthus.
â Garis Oclusal Line Sejajar Dengan Lantai (Clark KC,
2005)
â Positioning Dan Hasi Radiografi Incicivus Rahang Bawah (Clark KC, 2005)
ÄArah Sinar Salah Dan Arah Sinar Yang Benar (Clark KC, 2005)
â Positioning Dan Hasil Radiografi Caninus Rahang Bawah
( Clark KC, 2005)
Faktor exposi : Pada
pesawat dental ini pengaturan faktor exposi cukup dengan mengatur secondnya
saja. Dengan pengaturan second, secara otomatis kV dan mAsnya sudah
menyesuaikan. Untuk gigi incisivus dan caninus, secondnya yang dipilih 3 atau 4
second, tergantung tebalnya objek. Sedangkan untuk premolar dan molar second
yang dipilih 4 atau 5 second, tergantung ketebalan objek. Semakin tebal maka
semakin besar secondnya.
Daftar Pustaka
W.H, Itjingningsih Drg. “ Anatomi Gigi ” Jakarta, 1991
Clarck, KC. 1973. “ Positioning In Radiography ” London : Ilford
Philips W Ballinger. ‘’ Merill’s Atlas Of
Radiographic and Procedures ” Edisi 8, 2007
Buku Panduan Praktikum Teknik Radiografi
Gigi
No comments:
Post a Comment